Kalian pernah ngerasaian ga sih udah larut malem tapi masih belom bisa tidur? Akhirnya tidur di sepertiga malam, dan bangunnya selalu kesiangan. Tapi badan malah jadi lemas setelah bangun.
Kenapa ya?
Nah, ada kemungkinan kamu mengalami Delayed Sleep Phase Disorder (DSPD) atau kelainan keterlambatan fase tidur. Apa tuh?
Baca Juga: Sering Lupa Walau Masih Muda? Mungkin Ini Penyebabnya
Jadi, DSPD adalah mereka yang tidurnya sangat larut dan bangunnya sangat siang. Menurut literatur, sekitar 0,3-10% orang mengalami masalah ini.
Jam tidur dan bangun seseorang ternyata diatur oleh “jam biologis/ bioritme/ pola tidur” yang berfungsi di dalam tubuh tingkat sel alias namanya RITME SIRKADIAN. Ritme Sirkadian berfungsi untuk mengatur beberapa perubahan di dalam tubuh dalam siklus 24 jam sehari, termasuk ‘mengingatkan’ tubuh untuk tidur maupun bangun. Biasanya pola tidur seseorang antara jam 21.00 sampai jam 05.00.
Pada orang yang mengalami DSPD, dikatakan terjadi gangguan ritme sirkadian, makanya tidur jadi larut banget. Mulai mengantuk sekitar jam 02.00 sampai jam 05.00 dan tidurnya jam 10.00 sampai jam 15.00. Jadi aktivitasnya berubah menjadi malam hari, penderita DSPD cenderung seperti makhluk Nocturnal atau seperti kalong atau burung hantu. Penyebabnya apa ya?
Ada studi pada tahun 2017 mengungkapkan fakta pada orang yang begadang dan berjuang bangun pagi serta tidak malas. Jam internal mereka secara genetika diprogram berjalan antara 2 dan 2,5 jam lebih lambat daripada populasi lainnya. Ini akibat mutasi dalam gen jam tubuh yang disebut CRY1. Mutasi gen CRY1 ini yang menyebabkan memanjangnya ritme sirkadian pada orang dengan mutasi gen tersebut setidaknya 30 menit. Iya mutasi macem XMEN tapi jadi manusia kalong.
Baca Juga: Bahaya Tidur di Waktu Ini, Jangan Dibiasakan!
Pemanjangan ritme ini menyebabkan orang tersebut memiliki waktu untuk tidur lebih lambat 2-2,5 jam dari orang normal. Tetapi, tidak semua orang dengan DPSD memiliki mutasi gen ini.
Jika kalian memang memiliki masalah tidur, disarankan segera ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat. Tetapi jika masih bisa kita perbaiki pola aktivitas dan jam tidur, itu lebih baik daripada harus terapi di dokter.
Semoga bermanfaat..